Kata sutra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “Hukum kebenaran” Kebenaran tersebut memiliki makna keatas sesuai dengan kebenaran para buddha dan kebawah sesuai dengan kebutuhan umat manusia.
Sutra diuraikan oleh para Buddha yang bertujuan menunjukan “jalan singkat” kepada umat yang menjalankan ibadah. Oleh karena itu sutra harus sesuai dengan hukum kebenaran dan kebutuhan umat manusia, sehingga dengan demikianlah baru dapat dianut oleh umat Buddha.
Sutra adalah pancaran hati maka karuna para buddha: hasil penelitian mata kebijaksanaan para buddha, jadi bukan saja sesuai dengan kebutuhan umat manusia, tetapi dapat pula menunjukan kita jalan buddha.
Sutra mempunyai 5 makna :
Sumber air yang memancar
Kebenaran sutra Buddha bagaikan mata air yang tak kunjung habis, rasanya seperti air amrtha, sejuk tiada taranya.
Menciptakan
Menghasilkan segala kebaikan, ajaran agung para Buddha lahir dari kebenaran sejati, mengikuti ajaran sutra dapat menghapus segala macam keburukan dan menjalani kebaikan.
Mengungkapkan kebenaran
Kitab suci buddha mengungkapkan kebenaran, menunjukan kepada kita jalan kesucian, dan pasti tidak membawa kita ke jalan yang sesat.
sebagai paser
ajaran kebenaran buddha dapat membedakan yang benar dan yang salah. Meluruskan yang bengkok, menjadikan patokan standar dari semua hal.
kesatuan vertikal dan mengadoptasi
merangkaikan ajaran kebenaran Tathagata menjadi kesatuan yang tidak terpancar: pengertian ajaran kebenaran Tathagata selalu konsekuen. Secara umum para buddha menerima semua umat manusia, agar mereka tidak terjerumus kedalam 3 alam kehidupan buruk yang merana: ajaran kebenaran para buddha sejak dulu kala hingga sekarang tetap tidak berubah, dapat dipakai sebagai pedoman menuju jalan buddha.
Sebenarnya segala sutra adalah menciptakan pengertian tentang ”hati sejati” semua Dhrama sesungguhnya telah terdapat hati sejati, oleh itu maka hati sejati disebut Julai Cung (Tathagata Garbha), dan disebut juga Chue Hai (Samudera Kesadaran). Dengan sungguh-sungguh dapat menyaksikannya keunikan fungsi hati sejati pribadi, sama halnya dengan membaca habis Tripitaka 12 Seri. (segala macam sutra Buddha meliputi Tripitaka 12 seri).
Tripitaka adalah sutra Pitaka, Vinaya Pitaka, Abhidamma Pitaka / sastra yang mana sudah tercakup didalam 12 bagian, yang terbagi atas 12 seri dari semua Buddha, yakni :
Su Tu Lo (Sutra)
Diterjemahkan ke dalam bahasa mandarin disebut sebagai Chih Cing (Tulisan tentang hukum kebenaran yang abadi), Segala sutra yang panjang dan pendek kalimatnya. Kata Chih sebenarnya berarti sangat ssuai (Klop), yaitu ke atas sesuai dengan kebenaran para buddha, ke bawah sesuai dengan kebutuhan umat manusia.
Chih Ye (Gaya)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin ialah Chung Sung (Seloka Berganda), seperti tulisan sutra dengan kalimat panjang atau pendek yang disebut diatas, dengan lebih jelas diungkapkan dan diulang lagi dengan gatha.
Cia Tha (Gatha)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin disebut Cu cih Sung, tulisan sutra yang tanpa kalimat panjang atau pendek didepannya langsung berisi gurindam.
Ni Tha Na
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin disebut Yin Yuen (Nidana), umumnya sebuah sutra dibagi menjadi 3 bagian; Pertama disebut Su fen (Prakata), kedua disebut Cen Cung (bagian uatmaa), ketiga disebut Lin thung fen (Pujaan pada Sutra, serta mohon disebarkan) dan manfaatnya memuja sutra ini.
Yi Yi Mu Tuo (Itivrttaka)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin menjadi Pen shen (Riwayat). Sutra yang menceritakan riwayat siswa-siswa buddha dimasa lampau, seperti Fo Suo Yan Wang Phu Su Pen Sheh Pin (Buddhavacabhaisajyarajaitivrttaka) dalam Saddharmapundarika sutra.
She Tuo Cia (Jataka)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin menjadi Pen Shen (Riwayat sang buddha pada masa kehidupan yang lalu).
Ah Fou Tha Ma (Adbhuta dharma)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin menjadi Wei Cen You, yaitu sutra yang menveritakan berbagai kesaktian sang buddha serta berbagai hal yang mujizat.
Ah Po Tuo Na (avadana)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin menjadi Pi Yu (Perumpamaan), Sutra tentang berbagai macam tamsil/ kiasan / Metafora.
You po Thi She (Upadesa)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin menjadi Luen Yi, sutra dalam bentuk Tanya jawab yang emnerangkan berbagai macam teori.
You Tuo Na (Udana)
Diterjemahkan keadlam bahasa mandarin menjadi Tse Suo (Ungkapan Spontan), umumnya sutra Buddha diucapakan setelah ada yang bertanya, tapi sepertia Amithaba Sutra adalah sutra yang diucapkan oleh sang Buddha tanpa ada yang bertanya (disampaikan secara spontan).
Po Fo Lie (vaipulya)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin menjadi Fang Kkuang, tulisan sutra tentang kebenaran yang diuraikan panjang lebar.
He Cua Luo (Vyakarana)
Diterjemahkan kedalam bahasa mandarin menjadi Son Ci yaitu sutra tentang catatan siapa-siapa yang akan menjadi calon Buddha
Didalam 12 macam seri dari Tripitaka, ada 3 macam yang tergolong kedalam bentuk sutra yaitu, sutra, Geya , Gatha. Sedangkan yang kesembilan macam lagi adalah menceritakan peristiwa yang berbeda dalam sutra. Demikianlah pengertian dan manfaat sutra secara singkat.
Kata Pin dalam Phu Men Pin berarti varga (Jenis), dalam sutra mahayana kebanyakan membaginyan dengan kata Varga; hal-hal yang serupa dikumpulkan menjadi satu varga. Varga ini menceritakan berbagai macam penjelmaan dan pertolongan Avalokitesvara Bodhisattva.
Saddharmapundarika Sutra terdiri dari 28 varga dan Phu Men Pin Samantha Mukha terdapat di varga ke 25. mengapa sebanyak 28 varga dalam Saddharmapundarika Sutra, hanya varga ini yang banyak dibaca, diuraikan, disebarluaskan? Karena avalokitesvara Bodhisattva mempunyai pertalian bathin dengan umat manusia yang sangat erat sekali, terutama dengan rakyat cina, jepang, korea, vietnam dan yang lainnya.
Menurut sejarah cina, pada jaman dahulu terdapat sebuah negeri yang bernama Pei Idang, rajanya bernama Cu Chu Mung Suen; sekali peristiwa raja itu menderita penyakit yang parah sekali, sedangakan pasa sinse telah kewalahan mengobatinya, hanya tinggal mengunggu waktu saja.
Dalam keadaan gawat demikian, kebetulan terdapat seseorang bhikshu jemah sutra bernama Than Wu Chen datang ke bagian utara cina, mendengar kabar raja menderita sakit berat, iapun segera pergi mengunjungi raja dan mengatakan, bahwa penyakit baginda raja itu bukan penyakit biasa, melainkan penyakit yang disebabkan karma yang dibuat dimasa lalu (varana). Jadi obat-obatan dalam dunia ini tidak mampu untuk menyembuhkannya, tapi usia baginda masih panjang, masih bisa ditolong. Diberitahukanya, bahwa dalam agama buddha terdapat sebuah kitab suci bernama Saddharmapundarika, di dalamnya ada Avalokitesvara bodhisattva varga Samanrha Muka. Jika sekiranya baginda raja berkenan membacanya dengan tulus ikhlas, akan mendapatkan belas kasih dari Avalokitesvara Bodhisattva dan penyakitnya akan sembuh. Berita ini disampaikan kepada raja dengan segera, untuk kesembukhan penyakitnya, raja dan mentri-mentrinya berunding dan memutuskan untuk mengikuti petunjuk bhiksu. Dengan sujud dan hikmatnya sang raja membaca Avalokitesvara bodhisattva varga Samantha Mukha. Tidak selang berapa lama, betul sang raja telah sembuh dari sakitnya, sungguh mujizat.
Dengan demikian bukan saja raja menyuruh rakyatnya membaca sutra itu, semua orang dengna sendirinya juga membacanya dengan rajin dan banyak orang yang sembuh dengan dari sakitnya dengan membaca mantra itu. Diatas hanya salah satu dari sekian banyaknya keajaiban dari hasil membaca sutra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar