Narator : di dalam cerita Zen, terdapat seorang guru Zen bernama Kim Tai. Beliau sangat suka menanam bunga anggrek, baginya bunga anggrek sama halnya seperti nyawanya sendiri. Suatu hari, sewaktu mau pergi berkelana, guru Zen lalu berpesan pada murid-muridnya demikian.
Guru Zen :saya mau pergi untuk suatu waktu tertentu, kalian semua harus baik-baik menjaga bunga anggrek.
Murid-murid :baik, suhu.
Murid 1 :suhu tidak usah khawatir.
Murid 2 :kami pasti menjaga bunga anggrek dengan baik.
Guru Zen :Hmm…..sangat baik, baik. Kalian ingat, aa..bunganya harus disiram, yach! Saya sudah mau berangkat.
Murid 1 :sampai jumpa, suhu.
Murid 2 :selamat jalan, suhu.
Murid 3 :hati-hati, suhu. (ketiga muridnya ini berkata berbarengan)
Narrator :murid-muridnya sangat hati-hati sekali menjaga bunga anggrek. Tetapi suatu hari, sewaktu sedang menyiram bunga tersebut, karena kurang hati-hati, seorang murid telah menjatuhkan salah satu pot bunga tersebut. (suara pot bunga pecah) pot bunga tersebut pecah dan berserakan dilantai.
Murid 1 :(suara gugup) Aa…te…te…ga….
Murid 2 :hai…
Murid 3 :gawatlah!
Murid 2 :bagaimana nih?
Murid 1 :(dengan suara sedih) pot bunga anggrek telah pecah berkeping-keping.
Murid 2 :hayo….abang seperguruan.
Murid 1 :bagaimana jengkelnya suhu, kalau pulang nanti? Entah bagaimana marahnya. Bagaimana nih abang seperguruan?
Murid 2 :hayo…gawat nih!
Murid 1 :abang seperguruan
Murid 2 :ini adalah bunga anggrek yang paling disukai suhu. Abang seperguruan, gawatlah anda nanti, saya juga ikut menjadi khawatir. Tetapi ya…..sudahlah, karena sekarang potnya sudah pecah, tidak bias dikembalikan seperti semula. Sebaiknya tunggu saja, setelah suhu pulang nanti, bertobatlah dan mintalah maaf pada suhu.
Murid 3 :kali ini Amithuofo...lah...
Narator :guru Zen Kim Tai telah pulang, dan mengetahui bunga anggrek telah dipecahkan oleh muridnya menjadi berkeping-keping. Namun bukan saja beliau sedikitpun tidak marah dan tidak memberikan hukuman, malah beliau juga menenangkan muridnya dengan berkata,
Guru Zen :kalau sudah pecah, ya....sudahlah, kalian tidak perlu khawatir. Saya menanam bunga anggrek adalah bertujuan, pertama untuk mempersembahkan bungan harum kepada Buddha, dua, untuk memperindah pemandangan. Bukanlah bertujuan untuk marah, baru saya menanam bunga anggrek.
Narator :setelah murid-muridnya mendengar perkataan demikian, barulah hilang ketakutan dari hati mereka.
Guru Zen Kim Tai mengatakan: saya bukan bertujuan untuk marah, baru menanam bunga anggrek. Ini adalah suatu pemikiran dan pandangan yang sangat penting. Jika kita dapat menggunakan kata ini di tengah-tengah kehidupan kita, saya yakin akan memberikan kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi kita.
Pada orang tua yang menghadapi anaknya, kadang-kadang anak-anaknya dapat membuat orang tuanya gelisah dan marah. Kalau pada saat marah, dalam hatinya dapat berpikir, bahwa membesarkan anak, bukanlah bertujuan untuk marah.
Berteman pun karena kesalahpahaman bisa menjadi retak. Saat itu, kalau dapat berpikir demikian, kita berteman dengan tujuan untuk saling mengisi, saling membantu, bukanlah untuk marah.
Suami istri hidup bergandengan, dalam waktu yang lama dan panjang. Bila ada selisih paham, saat itu mereka dapat berpikir, bahwa dua orang hidup bersama, bertujuan untuk saling menyayangi, saling menjaga, bukanlah untuk marah.
Kalau setiap orang dapat berpikir demikian seperti guru Zen Kim Tai, saya yakin kehidupan kita pasti akan dipenuhi oleh kedamaian dan kebahagiaan, dan setiap keluarga tentu akan hidup dengan tenang dan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar