alamat redaksi

Alamat Redaksi : Yayasan Buddhayana Vidyalaya Jl. Sultan Haji No.80, Sepang Jaya Kec. Kedaton Bandar Lampung

Edisi Buletin

Sabtu, 26 Februari 2011

MEMBUAT ANAK SENANG BELAJAR


Di ruang kerja, saya sering menerima telepon dari para orangtua yang memiliki masalah terhadap prestasi belajar putra-putri mereka. Selanjutnya berdasarkan pengamatan saya, anak-anak itu sebenarnya termasuk anak-anak yang cerdas, namun tidak dapat berprestasi baik di sekolahnya. Namun, para orangtua terlanjur mengeluhkan mereka sebagai anak yang bodoh, nakal, dan mengalami kesulitan belajar di sekolah.

Beberapa diantaranya memang lebih banyak anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Menurut sebuah penelitian, ada sekitar 15 sampai 40% anak seperti ini yang tampil kurang bersemangat, tidak tertarik pada mata peajaran di sekolah dan cenderung putus asa. Anak-anak inilah yang kemudian sering dikeluhkan orangtua sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar atau kurang senang belajar.

Sungguh disayangkan memang, apabila anak-anak yang sebenarnya cerdas dan dapat berprestasi baik di sekolah, namun akhirnya justru tidak menyukai kegiatan belajar dan prestasi buruk.

Beberapa hal berikut ini dapat merupakan penyebab anak-anak kurang menyukai kegiatan belajar.

Pertama, adalah penyebab yang berasal dari lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang tidak cocok bagi anak, misalnya sekolah yang kotor; jumlah siswa yang terlalu banyak dalam kelas; hadirnya seorang guru yang galak; serta guru yang kurang mendalami karakteristik dan kebutuhan anak, akan mempengaruhi kemampuan belajar seorang anak. Untuk itu, memang amat penting pengalaman yang menyenangkan pada saat-saat awal seorang anak masuk sekolah.

Kedua, adalah penyebab yang ditimbulkan dari konsep diri yang salah pada diri anak. Anak-anak yang terlalu banyak mengalami kegagalan selalu dikatakan sebagai anak bodoh, dicap sebagai anak yang tidak bisa berkonsentrasi dan kemudian diperlakukan tidak adil. Hal ini cenderung akan mengembangkan konsep diri anak yang negatif. Akhirnya anak-anak merasa bahwa ia benar-benar tidak dapat belajar dan tidak dapat berprestasi tinggi di sekolah.

Ketiga, adalah penyebab yang bersal dari dalam keluarga:
1. Orangtua yang terlalu otoriter atau memberikan tuntutan terlalu tinggi, sehingga justru membuat anak merasa gagal karena tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya anak merasa frustasi dan kemudian tidak mau melanjutkan semangatnya untuk belajar.

2. Orang tua yang terlalu meremehkan anak, juga dapat mengakibatkan anak tidak termotivasi untuk belajar. Misalnya: orang tua yang tidak mau berdialog dengan anak mengenai situasi dan pengalaman anak di sekolah; orang tua yang hanya mau tahu anaknya “rangking” berapa di sekolah tanpa memperdulikan proses belajar anak sehari-hari; dan orangtua yang hanya memberikan jawaban yang asal-asalan ketika anaknya bertanya mengenai suatu mata pelajaran.

3. Orangtua yang terlalu memanjakan anak atau bersikap serba boleh juga akan mengakibatkan anak tidak dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, karena tidak pernah memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih kebiasaan disiplin secara benar.

4. Konflik dalam kehidupan rumah tangga juga dapat mengakibatkan hilang rasa aman pada anak. Bila situasi ini tidak segera bisa diatasi akan membuat anak-anak kehilangan motivasi untuk dapat berprestasi di sekolah.

5. Kurangnya fasilitas di lingkungan keluarga membuat terbatasnya kesempatan anak untuk mengembangkan hal-hal yang sudah dipelajari di sekolah.

6. Kurangnya penciptaan kondisi yang kondusif bagi belajar anak di rumah. Misalnya, orangtua yang menyuruh anaknya belajar, sementara orang tua sendiri menonton televisi; dan diperparah dengan volume televisi yang terlalu keras.

7. Kurangnya pengetahuan orang ua mengenai potensi bawaan masing-masing anak secara benar dengan irama dan tempo perkembangan tersendiri. Hal ini menimbulkan kecenderungan sikap orangtua yang kerap membanding-bandingkan anak dengan anak orang lain yang sebaya.
 Agar anak-anak terhindar dari situasi yang tidak menyenangkan dan membuat mereka senang belajar, beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan.


Agar anak-anak terhindar dari situasi yang tidak menyenangkan dan membuat mereka senang belajar, beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan.

1. Hargailah putra-putri Anda.
Dalam menghadapi anak-anak, cobalah untuk menerima keadaan anak sebagaimana adanya. Jangan terlalu mencari-cari kesalahannya; atau sebaliknya,  terlalu berambisi untuk membuat mereka selalu “nomor satu.”
Di satu sisi kita mencoba untuk melihat keunggulan dari segi positifnya. Kemudian berikan dorongan moral dan rasa bangga, karena pada dasarnya setiap anak ingin dibanggakan oleh kedua orangtuanya, apapun bakat dan kemampuannya.

2. Berikan kecakapan secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Setiap anak adalah unik. Anak memiliki irama dan tempo perkembangan masing-masing. Usahakan agar anak dapat menguasai setiap kecakapan sesuai dengan irama dan tempo perkembangannya tersebut, tanpa harus memaksakan kehendak orang tua, sekedar untuk memenuhi ambisi pribadi belaka.

3. Ciptakan suasana belajar yang tepat.
Pada dasarnya setiap anak memiliki rasa ingin tahu dan semangat belajar yang tinggi. Namun perlakuan yang keliru dari orang tua atau guru, seringkali justru mematikan semangat belajar anak yang menyala-nyala tersebut.
Upayakan agar suasana belajar selalu menyenangkan. Libatkan ketiga ranah dalam proses belajar anak, yaitu: pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perkaya lingkungan belajar, dalam arti bukan hanya sekedar di dalam kamar atau ruang kelas, tetapi juga di alam bebas. Tumbuhkan suasana belajar secara aktif dan kreatif dengan merangsang kedua belahan otak secara seimbang, baik otak kiri dan otak kanan.

4. Upayakan agar anak senantiasa memperoleh penghargaan (reward) dari aktivitas belajarnya. Dengan demikian anak akan terkondisi untuk menumbuhkan motivasi internal dan semakin terpacu untuk belajar di rumah dan di sekolah.

Pada dasarnya semua anak senang belajar. Rasa ingin tahu yang mendalam membuat anak-anak ingin mempelajari segala sesuatu dengan minat yang tinggi. Apabila rasa ingin tahu ini tetap terpelihara, anakpun akan bersemangat untuk belajar.

Orangtua perlu lebih bersungguh-sungguh dalam upaya menciptakan suasana agar semangat belajar anak tidak padam, yaitu dengan memberikan contoh keteladanan dan sikap yang penuh kehangatan kasih sayang.

Berbagai hambatan bisa diubah menjadi dorongan semangat bila orang tua mau berendah hati untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak. Dengan demikian diharapkan agar anak terhindar dari suasana belajar yang membosankan. Selain itu akan muncul anak-anak dengan pribadi unggul yang siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan di masa mendatang.

Oleh: Yuriani



Tidak ada komentar:

Posting Komentar