alamat redaksi

Alamat Redaksi : Yayasan Buddhayana Vidyalaya Jl. Sultan Haji No.80, Sepang Jaya Kec. Kedaton Bandar Lampung

Edisi Buletin

Sabtu, 26 Februari 2011

Pendukung terkenal


"Memang ada sebagian kecil orang Tibet di luar negeri yang menentangnya, tetapi jumlahnya minoritas," ujar Robert Bennet, direktur Studi Tibet Modern di Universitas Columbia.
"Sementara di dalam Tibet sendiri hampir semua mengaguminya, dan juga langkah untuk mencari penyelesaian lewat jalan tanpa kekerasan."

Dalai Lama sejak dahulu merupakan pengkritik keras 'Tibet lama' Donald Lopez Juga ada pembicaraan apakah Dalai Lama dan rekan-rekannya memberi gambaran tepat mengenai Tibet sebelum Cina melakukan intervensi tahun 1950, atau apakah mitos itu hanyalah ciptaan pengagumnya dari Barat.

Para pengagumnya itu bahkan percaya bahwa di masa sebelum tahun 1950 di Tibet "kaum wanita menikmati hak yang sama dan semua orang hidup secara harmonis dengan lingkungan," ujar Hill.

Akan tetapi Norman mengatakan penciptaan mitos ini tidak sepenuhnya kesalahan Dalai Lama.

"Di satu pihak kita bisa menuduhnya memberi gambaran yang tidak mungkin mengenai keadaan Tibet yang sebenarnya. Di pihak lain orang Tibet benar-benar percaya bahwa negara mereka seperti itu- satu negara dengan kesan yang romantis."

Kebencian Cina atas Dalai Lama adalah meski dia tidak suka dengan pandangan bahwa secara sejarah Tibet adalah bagian Cina, dia juga tidak mendukung ide Tibet sebelum tahun 1950an yang tertutup dengan memusatkan diri pada kaum papa dan kemiskinan.

"Dalai Lama sejak dahulu merupakan pengkritik keras 'Tibet lama'," ujar Donald Lopez dari Universitas Michigan.

Diplomasi secangkir the

"Dia bukan pendukung Sindroma Shangri-La. Ada bukti kuat bahwa dia akan melakukan reformasi politik jika Cina tidak melakukan invasi saat itu."
Dan pandangan bahwa warga Barat yang mendukung Dalai Lama tidak sadar akan kerumitan masalah Tibet adalah salah, meski hal itu "sangat masa kini" ujar Barnett.
 
Dalai Lama tidak takut menertawakan diri sendiri

Lokasi Tibet yang berbatasan dengan tiga negara pemilik nuklir dan menguasai wilayah pasok air dunia akan menjadi masalah Tibet bukan hanya sekedar topik untuk mengisi waktu bagi kaum liberal Barat.

Para pemimpin politik yang telah bertemu dengannya, meski Cina tidak suka, memiliki tujuan yang jelas. Bagi mereka yang merasa tidak nyaman dengan pelanggaran hak asasi manusia Cina, bertemu dengan Dalai Lama adalah aksi balas dendam tanpa ada resiko pertikaian diplomatis yang besar.

"[Dalai Lama] adalah kesempatan baik bagi para pemimpin politik, dia tidak banyak memiliki tuntutan -dia tampaknya cukup puas untuk melakukan kegiatan simbolis seperti minum teh bersama atau berfoto berdama," ujar Barnett.

"Semakin keras Cina mengeluh, para pemimpin barat terlihat semakin kuat dan penuh dengan prinsip saat bertemu dengan Dalai Lama."
Jadi bisa dimengerti dia bertemu dengan semua presiden Amerika Serikat sejak tahun 1991.

Tetapi bagi warga biasa, baik itu benar atau salah, kepopuleran Dalai Lama hanya berpusat pada karisma dan pandangan yang sama.
Seperti yang ditulis oleh Norman, para penggemar dari Barat melihat seorang "santa sekuler" atau "Tuhan dari sikap kebenaran politik di dunia yang tidak bertuhan ini".

Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/02/100218_dalaibarat.shtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar