alamat redaksi

Alamat Redaksi : Yayasan Buddhayana Vidyalaya Jl. Sultan Haji No.80, Sepang Jaya Kec. Kedaton Bandar Lampung

Edisi Buletin

Sabtu, 26 Februari 2011

MEMBUAT ANAK SENANG BELAJAR


Di ruang kerja, saya sering menerima telepon dari para orangtua yang memiliki masalah terhadap prestasi belajar putra-putri mereka. Selanjutnya berdasarkan pengamatan saya, anak-anak itu sebenarnya termasuk anak-anak yang cerdas, namun tidak dapat berprestasi baik di sekolahnya. Namun, para orangtua terlanjur mengeluhkan mereka sebagai anak yang bodoh, nakal, dan mengalami kesulitan belajar di sekolah.

Beberapa diantaranya memang lebih banyak anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Menurut sebuah penelitian, ada sekitar 15 sampai 40% anak seperti ini yang tampil kurang bersemangat, tidak tertarik pada mata peajaran di sekolah dan cenderung putus asa. Anak-anak inilah yang kemudian sering dikeluhkan orangtua sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar atau kurang senang belajar.

Sungguh disayangkan memang, apabila anak-anak yang sebenarnya cerdas dan dapat berprestasi baik di sekolah, namun akhirnya justru tidak menyukai kegiatan belajar dan prestasi buruk.

Beberapa hal berikut ini dapat merupakan penyebab anak-anak kurang menyukai kegiatan belajar.

Pertama, adalah penyebab yang berasal dari lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang tidak cocok bagi anak, misalnya sekolah yang kotor; jumlah siswa yang terlalu banyak dalam kelas; hadirnya seorang guru yang galak; serta guru yang kurang mendalami karakteristik dan kebutuhan anak, akan mempengaruhi kemampuan belajar seorang anak. Untuk itu, memang amat penting pengalaman yang menyenangkan pada saat-saat awal seorang anak masuk sekolah.

Kedua, adalah penyebab yang ditimbulkan dari konsep diri yang salah pada diri anak. Anak-anak yang terlalu banyak mengalami kegagalan selalu dikatakan sebagai anak bodoh, dicap sebagai anak yang tidak bisa berkonsentrasi dan kemudian diperlakukan tidak adil. Hal ini cenderung akan mengembangkan konsep diri anak yang negatif. Akhirnya anak-anak merasa bahwa ia benar-benar tidak dapat belajar dan tidak dapat berprestasi tinggi di sekolah.

Ketiga, adalah penyebab yang bersal dari dalam keluarga:
1. Orangtua yang terlalu otoriter atau memberikan tuntutan terlalu tinggi, sehingga justru membuat anak merasa gagal karena tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya anak merasa frustasi dan kemudian tidak mau melanjutkan semangatnya untuk belajar.

2. Orang tua yang terlalu meremehkan anak, juga dapat mengakibatkan anak tidak termotivasi untuk belajar. Misalnya: orang tua yang tidak mau berdialog dengan anak mengenai situasi dan pengalaman anak di sekolah; orang tua yang hanya mau tahu anaknya “rangking” berapa di sekolah tanpa memperdulikan proses belajar anak sehari-hari; dan orangtua yang hanya memberikan jawaban yang asal-asalan ketika anaknya bertanya mengenai suatu mata pelajaran.

3. Orangtua yang terlalu memanjakan anak atau bersikap serba boleh juga akan mengakibatkan anak tidak dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, karena tidak pernah memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih kebiasaan disiplin secara benar.

4. Konflik dalam kehidupan rumah tangga juga dapat mengakibatkan hilang rasa aman pada anak. Bila situasi ini tidak segera bisa diatasi akan membuat anak-anak kehilangan motivasi untuk dapat berprestasi di sekolah.

5. Kurangnya fasilitas di lingkungan keluarga membuat terbatasnya kesempatan anak untuk mengembangkan hal-hal yang sudah dipelajari di sekolah.

6. Kurangnya penciptaan kondisi yang kondusif bagi belajar anak di rumah. Misalnya, orangtua yang menyuruh anaknya belajar, sementara orang tua sendiri menonton televisi; dan diperparah dengan volume televisi yang terlalu keras.

7. Kurangnya pengetahuan orang ua mengenai potensi bawaan masing-masing anak secara benar dengan irama dan tempo perkembangan tersendiri. Hal ini menimbulkan kecenderungan sikap orangtua yang kerap membanding-bandingkan anak dengan anak orang lain yang sebaya.
 Agar anak-anak terhindar dari situasi yang tidak menyenangkan dan membuat mereka senang belajar, beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan.


Agar anak-anak terhindar dari situasi yang tidak menyenangkan dan membuat mereka senang belajar, beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan.

1. Hargailah putra-putri Anda.
Dalam menghadapi anak-anak, cobalah untuk menerima keadaan anak sebagaimana adanya. Jangan terlalu mencari-cari kesalahannya; atau sebaliknya,  terlalu berambisi untuk membuat mereka selalu “nomor satu.”
Di satu sisi kita mencoba untuk melihat keunggulan dari segi positifnya. Kemudian berikan dorongan moral dan rasa bangga, karena pada dasarnya setiap anak ingin dibanggakan oleh kedua orangtuanya, apapun bakat dan kemampuannya.

2. Berikan kecakapan secara bertahap sesuai kemampuan anak.
Setiap anak adalah unik. Anak memiliki irama dan tempo perkembangan masing-masing. Usahakan agar anak dapat menguasai setiap kecakapan sesuai dengan irama dan tempo perkembangannya tersebut, tanpa harus memaksakan kehendak orang tua, sekedar untuk memenuhi ambisi pribadi belaka.

3. Ciptakan suasana belajar yang tepat.
Pada dasarnya setiap anak memiliki rasa ingin tahu dan semangat belajar yang tinggi. Namun perlakuan yang keliru dari orang tua atau guru, seringkali justru mematikan semangat belajar anak yang menyala-nyala tersebut.
Upayakan agar suasana belajar selalu menyenangkan. Libatkan ketiga ranah dalam proses belajar anak, yaitu: pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perkaya lingkungan belajar, dalam arti bukan hanya sekedar di dalam kamar atau ruang kelas, tetapi juga di alam bebas. Tumbuhkan suasana belajar secara aktif dan kreatif dengan merangsang kedua belahan otak secara seimbang, baik otak kiri dan otak kanan.

4. Upayakan agar anak senantiasa memperoleh penghargaan (reward) dari aktivitas belajarnya. Dengan demikian anak akan terkondisi untuk menumbuhkan motivasi internal dan semakin terpacu untuk belajar di rumah dan di sekolah.

Pada dasarnya semua anak senang belajar. Rasa ingin tahu yang mendalam membuat anak-anak ingin mempelajari segala sesuatu dengan minat yang tinggi. Apabila rasa ingin tahu ini tetap terpelihara, anakpun akan bersemangat untuk belajar.

Orangtua perlu lebih bersungguh-sungguh dalam upaya menciptakan suasana agar semangat belajar anak tidak padam, yaitu dengan memberikan contoh keteladanan dan sikap yang penuh kehangatan kasih sayang.

Berbagai hambatan bisa diubah menjadi dorongan semangat bila orang tua mau berendah hati untuk berkomunikasi secara efektif dengan anak. Dengan demikian diharapkan agar anak terhindar dari suasana belajar yang membosankan. Selain itu akan muncul anak-anak dengan pribadi unggul yang siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan di masa mendatang.

Oleh: Yuriani



Bencana alam dalam pandangan agama Buddha


Buddha Dhamma mengajarkan bahwa kita adalah perancang nasib kita sendiri dan sebagai manusia, kita akhirnya dapat mengendalikan kekuatan yang berhubungan dengan kamma kita sendiri, umat Buddha tidak percaya bahwa semua hal berhubungan dengan kamma. Mereka tidak mengabaikan peran yang dimainkan oleh kekuatan-kekuatan alam lainnya. Seperti yang dapat dilihat, kamma hanya merupakan satu aspek dari hukum alam. Maka dugaan sederhana bahwa semua pengalaman hidup disebabkan oleh kamma adalah tidak benar.

Pemahaman elemen-elemen pokok yang berbeda dalam fisik dan alam-alam fisik ini membantu kita mendapatkan suatu pengertian yang lebih jelas tentang bagaimana satu kejadian dapat dihasilkan lebih dari satu sebab dan bagaimana faktor-faktor penentu yang berbeda dapat dengan serentak terlibat dalam mengkondisikan fenomena serta pengalaman-pengalaman tertentu. Biasanya, saat lebih dari satu dasar sedang bekerja, dasar yang lebih dominan akan menang.

Misalnya, temperatur yang ekstrim (utuniyama) dapat mempengaruhi kondisi batin (cittaniyama) dan menyebabkan seseorang merasa sakit. Atau semangat kuat (cittaniyama) sementara waktu dapat melebihi pengaruh lingkungan yang negatif (utuniyama) dan akibat kamma (kammaniyama). Dalam kasus bencana alam, energi yang berhubungan dengan karma menjadi tidak aktif karena kekuatan dari pergerakan tanah dan air yang terlalu kuat, seperti gempa bumi dan tsunami. Akibat bencana tsunami Asia yang tiba-tiba terjadi adalah sebuah demonstrasi penting tentang ketertundukan Hukum Kamma pada hukum alam (utuniyama).

Ombak yang menghancurkan dan mengambil ratusan dari ribuan makhluk hidup bekerja tanpa memandang jasa-jasa kebaikan para korban. Mereka yang mempunyai kamma baik dan buruk sama-sama menderita. Tidak seorangpun, dan tidak ada, yang dapat lolos dari energi yang menyatakan perubahan sebagai sesuatu yang tetap. Fondasi Buddhisme berdasarkan dari penerimaan kebenaran universal ini. Pemahaman mendalam atas pengetahuan tersebut akan membuat seseorang menerima dengan tenang apa yang tidak dapat dirubah, dengan demikian membuat seseorang mengalihkan energi positif mereka pada hal-hal yang positif dan spiritual.

Adalah perlu bagi manusia untuk memelihara belas kasihan dan kebaikan sebagai alat untuk belajar hidup dengan perubahan yang terus menerus. Hidup tenang tidak berarti menundukkan alam. Hal itu membuat seseorang mempunyai pengertian dan pengetahuan mendalam atas kekuatannya. Dan ini adalah alasan tepat mengapa tidak masuk akal menyalahkan kekuatan-kekuatan luar (seperti Tuhan) atas malapetaka besar yang disebabkan oleh tsunami yang menghancurkan tersebut. Tidak dapat menyalahkan siapapun dan apapun.

Bencana juga merupakan sebuah peringatan yang tepat bagi kita untuk memeriksa kembali bagaimana kita hidup, dan untuk menilai kembali hubungan kita dengan alam. Hukum Sebab Akibat (paticca samuppada) memberikan penjelasan tentang timbulnya batin dan badan dalam suatu ikatan yang saling mempengaruhi dan bergantungan. Apa yang kita pikirkan, ucapkan atau lakukan mempunyai pengaruh jauh di luar keberadaan jasmani kita. Jika kita meracuni tanah, pengaruhnya akan kembali menghantui kita melalui air-air yang terpolusi. Jika kita mengambil sikap yang selalu ingin menundukkan alam, berpikiran bahwa kecerdasan kita adalah yang paling tinggi, maka kita harus siap menghadapi akibat dari kemarahannya.

Hidup dengan sikap yang tidak ekstrim di masyarakat masa kini tidak berarti menyerah pada kemiskinan. Hal ini berarti mempunyai kemampuan dan kewaspadaan untuk hidup dalam harmoni dengan alam di sekitarnya. Hal ini berarti tidak merusak alam dan menciptakan lingkungan buatan manusia agar memuaskan indera-indera kita. Hidup dalam sikap tidak ekstrim berarti mendorong untuk mempunyai belas kasihan terhadap satu sama lain, sehingga nilai-nilai manusia melebihi keinginan material.

Sementara dunia berduka atas para korban bencana, mari kita pelihara belas kasihan dan melimpahkan jasa-jasa kepada mereka yang telah meninggal. Kita dapat melakukan ini dengan berbagai cara. Satu, kita mendapatkan jasa saat kita membantu usaha-usaha pertolongan sehingga kita dapat menyediakan bantuan langsung kepada mereka yang menderita. Dua, kita memancarkan energi mental yang positif kepada mereka yang telah meninggal sehingga mereka dapat terlahir kembali di alam yang lebih baik. Tiga, mari kita juga memancarkan pikiran cinta kasih kepada para pekerja penolong yang saat ini bekerja sebaik-baiknya untuk menolong para korban.

Semoga kita semua belajar menjadi sadar dan lebih sensitif pada hasil-hasil kerja yang telah kita lakukan untuk diri kita sendiri dan alam sehingga kita dapat hidup harmonis di antara kita sendiri, bersama alam dan alam semesta.

PERAYAAN HUT KE 50 TAHUN DAN 24 TAHUN PENGABDIAN KEBHIKSUAN Y.A. BHIKSU NYANA MAITRI MAHASATHAVIRA


Dihari ulang tahun yang ke 50 tahun dan 24 tahun pengabdian kebhiksuan Y.A. Bhiksu Nyanamaitri Mahasthavira, umat Umat Buddha di Propinsi Lampung bermuditacita. Bertepatan dengan itu umat Buddha Propinsi Lampung menandai hari itu sebagai hari yang cukup penting, oleh karena itu umat buddha yang ada berambisi untuk merayakannya pada tanggal 20-21 November 2010 bertempat di Graha Wangsa Bandar Lampung.

Bukan hanya umat yang ada di propinsi lampung saja yang berambisi untuk merayakan acara tersebut. Banyak sekali umat Buddha yang berasal dari luar Propinsi Lampung yang turut meramaikan acara itu. Adapun gambaran acara tersebut yaitu 1) Tarian Gending Sriwijaya oleh Mahasiswa STIAB Jinarakkhita Bandar Lampung, 2) Sambutan Ketua Panitia oleh Bpk. Ali Kuku, 3) Di isi oleh Dr. Ponijan Liaw, MBA (Mr. Po), 4) Talk Show oleh Bhante Saddhanyano Maha Thera, Dr. Akino, MBI Pusat Bpk. Sudamek, 5) Motivator Nomor 1 di indonesia, dan juga di hibur oleh artis-artis buddhis Propinsi dan Nasional.

Y.A. Bhiksu Nyanamaitri Mahasthavira adalah orang yang telah banyak membabarkan Dharma di setiap daerah Lampung maupun di pedesaannya, Propinsi Lain bukan hanya sekali waktu tapi kerap kali beliau  mendatanginya demi perkembangan Buddha dharma. 24 tahun bukanlah waktu yang sebentar, dapat dikatakan bahwa separuh umur hidupnya telah berperan dalam Dharma. Kita patut untuk memberikan rasa penghormatan kita sebagai umat Buddha yang berbakti dan mengerti akan ajaran Dharma Sang Buddha. Semoga jejak beliau yang telah lalu dapat memberikan pengertian lebih mendalam tentang Dharma dan jalan kebijaksanaan akan selalu terlihat lebih jelas untuk langkah kedepan.

Beliau adalah seorang bhiksu yang memiliki ambisi yang cukup besar dan rasa pedulinya terhadap Buddha Dharma. Sehingga dirinya bercita-cita memunculkan perguruan tinggi yang belum pernah ada sebelumnya dan kini telah terwujud. Namun, walaupun sudah terwujud cita-citanya memunculkan perguruan tinggi terllihat masih ada yang kurang. Karena sutau sekolah tidak akan terlihat seperti sekolah bila tidak ada tempat untuk siswa belajar, begitu juga dengan nasib kampus STIAB JINARAKKHITA. Maka dihari ulang tahunnya ini beliau mencoba untuk membuka hati dan rasa peduli umat Buddha yang hadir dalam acara Perayaan Ulang tahunnya yang ke 50 untuk turut serta memikirkan kemajuan kampus STIAB JINARAKKHITA Bandar Lampung. Ternyata usaha itu bukanlah usaha yang sia-sia, banyak dari para umat buddha yang ingin membantu perkembangan pembangunan kampus tersebut.

PISAU BERMATA DUA


Oleh: Phara Chaluai Sujivo Mahathera
  
Sepanjang kehidupan manusia, seseorang yang mempunyai kekuatan, kekuasaan, uang dan kedudukan, bagaikan menggenggam sebuah pisau tajam bermata dua. Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan dapat mendukung seorang untuk memupuk paramita dan meningkatkan kualitas batinnya, tapi disisi lain kemuliaan membuat seseorang terpuruk di lembah penderitaan. Jadi bagaimanakah cara yang tepat dalam menggunakan pisau tersebut?

Seseorang yang mampu mempergunakan pisau itu dengan baik dan benar, maka pisau itu dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Baik pada konteks ini adalah tahu bagaimana cara menggunakan pisau tersebut dan mengerti apa saja manfaat yang akan ia dapatkan setelah menggunakan pisau tersebut. Sedangkan benar yang dimaksudkan adalah menggunakan pisau tersebut untuk tujuan yang positif.

 Tetapi bila seseorang menggunakan ketajaman pisau tersebut untuk hal-hal yang buruk atau jahat seperti halnya mengarahkan pisau itu ke dirinya sendiri, tentu saja pisau itu akan membunuh dirinya. Pada akhirnya kemuliaan yang ia peroleh dengan susah payah tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menunjang kehidupannya saat ini maupun yang akan datang. Padahal kesempatan yang sungguh baik sangat sulit di dapatkan oleh seorang.

Untuk mendapatkan kemuliaan itu sendiri, kita harus banyak-banyak memupuk perbuatan baik. Alangkah baiknya bila kita memanfaatkan kemuliaan itu untuk meraih kebahagian yang tertinggi yaitu Nibbana.
Jika seseorang menggunakan kemuliaan itu untuk tujuan yang buruk, kemuliaan itu tidak dapat kita pertahankan, bahkan kamma buruk pun akan berbuah.

Pisau bermata dua ini mempunyai dua sisi yang berlawanan dan sama tajamnya, hal ini melambangkan dua sisi kehidupan yang berbeda dan dapat di raih tetapi harus dipilih antara yang menguntungkan dan merugikan. Manakah yang Anda pilih untuk kebahagiaan hidup anda sendiri.....?
*****

“Ada yang lebih baik daripada kekuasaan mutlak atas Bumi, daripada pergi ke Surga atau daripada memerintah seluruh dunia, yakni hasil kemuliaan dari seorang Suci yang telah memenangkan arus (Sotapatti-Phala)”


Kathina


Sekilas tentang makna kathina.
                Hari Kathina dalam Buddhisme sangat erat hubungannya dengan Sangha (persaudaraan suci para bhikkhu/bhikkhuni), sedang Sangha sangat erat hubungannya dengan pelestarian Dharma. Dengan begitu jelaslah sudah bahwa esensi peringatan Kathina adalah berkaitan erat dengan pelestarian Dharma.

                Hari Kathina menandakan berakhirnya masa Vassa yang merupakan salah satu kewajiban yang dijalankan oleh para bhikkhu/bhikkhuni selama tiga bulan setiap tahunnya. Vassa adalah masa berdiam diri bagi para anggota Sangha yang berlangsung di musim penghujan. Selama musim penghujan para bhikkhu/bhikkhuni tidak melakukan perjalanan penyebaran Dharma, tetapi berdiam bersama di satu tempat hingga musim hujan itu berakhir. Pelaksanaan Vassa ini ditetapkan semenjak zaman Buddha Sakyamuni pada sekitar 2500 tahun yang lalu.

                Masa Vassa selain memberi waktu pada para bhikkhu/bhikkhuni untuk melatih diri setelah sepanjang tahun sibuk melayani umat, juga merupakan salah satu perwujudan cinta kasih universal (metta karuna) pada semua mahkhluk hidup. Pada musim penghujan banyak binatang kecil melata yang berdiam dalam tanah sepanjang musim panas/kemarau akan keluar dari tanah. Di zaman itu para anggota Sangha melakukan penyebaran Dharma dengan berjalan kaki sehingga sangat besar kemungkinannya para binatang tanah yang kecil dan lemah itu akan mati terinjak oleh para bhikkhu/bhikkhuni yang melakukan perjalanan penyebaran Dharma, walau secara tidak disengaja.

                Inilah salah satu wujud cinta kasih universal kepada semua makhluk hidup, bahkan kepada para binatang kecil, yang diteladankan oleh Buddha dan dilestarikan oleh keluarga besar Sangha. Selain sebagai penerus pelita Dharma dan penyebar metta karuna, Sangha juga melambangkan keberadaan Sila di dunia Saha ini. Saha berarti tahan menderita, tetapi tahan menderita ini bukan dalam pengertian positif, melainkan karena adanya pandangan salah yang menganggap bentuk-bentuk berkondisi semu yang tidak kekal sebagai kebahagiaan yang sejati. Yang lebih parah lagi, para makhluk yang diliputi kebodohan batini ini mengejar kebahagiaan semu itu di atas penderitaan makhluk yang lain.

Oleh sebab itu, agar supaya dapat benar-benar dari terbebas kekeliruan pandangan salah ini, para siswa Buddha harus mengembangkan kebijaksanaan, yang mana kebijaksanaan ini berdiri di atas dasar pondasi Sila yang kokoh. Ini juga berarti, Sila yang kokoh adalah dasar dari Buddha Dharma. Buddha Dharma dalam pengembangannya boleh termanifestasi dalam berbagai bentuk aliran atau tradisi, tetapi semua itu tetap mengacu pada Sila.

Selama di dunia ini ada siswa Buddha yang tekun dan gigih dalam menjalankan Sila, selama itu pula Buddha Dharma tetap akan lestari di dunia ini. Sedang selama 2500 tahun ini, Sangha adalah perlambang Sila yang kokoh dan menyeluruh. Dengan lestarinya para anggota Sangha yang meneruskan tradisi Sila yang benar, maka lestari pulalah Buddha Dharma yang indah dan mulia.

Perayaan Kathina adalah mengingatkan kita untuk mendukung kelestarian Sangha. Dengan berakhirnya masa Vassa maka tibalah saatnya bagi para umat perumah tangga untuk menunjukkan metta karuna kepada semua makhluk dengan memberikan dukungan sepenuhnya kepada Sangha dalam bentuk dana jubah, makanan, obat-obatan serta hal-hal lain yang berguna untuk mendukung kebutuhan dasar pelestarian Sangha, yang pada akhirnya juga menunjang pelestarian Dharma. Jelaslah kini hubungan antara Kathina dengan pelestarian Dharma.

Tetapi ada satu hal yang harus dijelaskan mengenai arti tersirat dalam pemahaman pelestarian Dharma. Sangha dibentuk demi tercapainya kebahagiaan semua makhluk yang mana kebahagiaan mutlak bagi para makhluk adalah pemahaman dan penerapan akan Buddha Dharma. Jadi, dalam memberikan dukungan bagi Sangha, janganlah lupa bahwa esensi Kathina adalah pemahaman dan penerapan ajaran mulia oleh setiap siswa Buddha, yang mana salah satunya adalah menjalankan Sila.

Tidak dipungkiri bahwa tidak semua siswa Buddha menerima Sila secara resmi dari anggota Sangha, tetapi meskipun demikian Sila tetap terpancang di lubuk hati dan terpancar dalam setiap tindak tanduk kita semua.

Perayaan Kathina
Dalam menyambut masa Kathina, ada baiknya kita mengingat dan menelusuri kembali sejarah Kathina. Bagi umat Buddha, masa Kathina erat kaitannya dengan berdana kepada Sangha. Masa Kathina selalu disambut umat Buddha dengan begitu meriah, ini dapat dilihat dari semangat umat Buddha memperingati Kathina dengan berbondong-bondong datang ke Vihara. Mereka dengan perasaan bahagia, dan penuh ketulusan hati melakukan persembahan kepada Sangha.
Perayaan kathina pada tahun 2010 ini Pembina SAGIN Wilayah III Provinsi Lampung Melaksanakan dan diselengarakan di berbagai tempat diantaranya:
1. Vihara Banten (Bandar Lampung)
2. Cetya Dharma Citra (Villa Citra)
3. Vihara Thay Him Bio
4. Vihara Maitri Bhumi (Kota Bumi)
5. BEM STIAB JINARAKKHITA Bandar Lampung
6. Vihara Bodhi Citta (Pringsewu)
7. Vihara Dharma Agung (Kota Agung)
8. Beberapa Vihara di daerah seperti Unit 2, dan lampung Lampung Selatan

Antara Lidah Dan Sendok


Oleh Yang Mulia Bhikkhu Uttamo Thera
 
Bagaikan lidah yang dapat merasakan setiap rasa sayur yang melewatinya, demikian pula orang bijaksana dapat mengerti Dhamma walaupun baru sejenak mengenalnya (Dhammapada Bala Vagga 65).

Di dalam Dhammapada dikatakan ada dua jenis perkenalan dengan Dhamma. Yang pertama adalah perkenalan biasa-biasa, selanjutnya tetap biasa-biasa saja. Diibaratkan seperti sendok. Sendok tidak pernah kepedasan. Tidak pernah begitu menyentuh lombok langsung berteriak kepedasan. Kenapa? Karena sendok tidak punya rasa. Menyendok sambal bisa, kuah juga mau. Apa saja boleh diambil dengan sendok. Menyendok yang baik dan menyendok yang jelek bisa pula. Sendok tidak bereaksi, karena dia tidak pernah merasakan rasa apapun yang menempel di tubuhnya.

Begitu juga dengan umat yang termasuk jenis ini. Datang ke vihara, ikut puja-bhakti, baca paritta, dan meditasi. Termasuk ngantuk dan melamunnya... Satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, satu bulan, dua bulan, setahun, dua tahun sampai sepuluh tahun mengenal Dhamma tetapi masih tetap biasa-biasa.

Ketika ditanya, setelah mengenal Dhamma selama sepuluh tahun apakah masih emosi? Jawabnya, masih. Apakah setelah mengenal dhamma sudah bisa meditasi? Belum. Beginilah jenis yang pertama, selalu mengantarkan sayur ke dalam mulut, tapi tiada pernah merasakan.
Namun ada jenis perkenalan dengan Dhamma yang mulanya biasa-biasa, selanjutnya makin menggebu-gebu. Ibaratnya lidah. Lidah itu luar biasa. Seandainya satu butir nasi dimasukkan ke dalam hamburger yang kita makan, pasti kita akan dapat merasakan nasi itu. Karena lidah kita sudah terbiasa dengan rasanya, meskipun cuma satu butir. Itulah kehebatan lidah. Luar biasa.

Demikian pula dalam mengenal Dhamma. Menjadi umat Buddha bukan dilihat sudah berapa lama sudah jadi umat Buddha. Itu bukan jaminan. Tetapi, yang penting adalah sudah seberapa jauh kita merasakan nikmatnya Dhamma.

Sabbam rasam dhammaraso jinati. Dari seluruh rasa, rasa Dhammalah yang paling unggul (Dhammapada Tanha Vagga 354)

Sumber: www.artikel budhis.blogspot.com

SUTRA BUDDHA DAN MANFAATNYA

Kata sutra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “Hukum kebenaran” Kebenaran tersebut memiliki makna keatas sesuai dengan kebenaran para buddha dan kebawah sesuai dengan kebutuhan umat manusia.

Sutra diuraikan oleh para Buddha yang bertujuan menunjukan “jalan singkat” kepada umat yang menjalankan ibadah. Oleh karena itu sutra harus sesuai dengan hukum kebenaran dan kebutuhan umat manusia, sehingga dengan demikianlah baru dapat dianut oleh umat Buddha.

AJARAN DALAM DONGENG-DONGENG KUNO


Dikutip dari: Dharma Praktis-Surabaya

Pada suatu masa terdapatlah sebuah negara yang rakyatnya memiliki adat istiadat yang sangat ganjil yakni, orang-orang yang telah lanjut usia diantara mereka harus disingkirkan dan diasingkan di gunung-gunung jauh yang mustahil dapat dicapai orang.

Seorang mentri tertentu di negara itu merasa terlampau sulit untuk mengikuti adat istiadat ini dalam peristiwa yang berkaitan dengan ayah kandungnya yang sudah berusia lanjut. Dan karenanya dia membangun sebuah gua rahasia di bawah tanah untuk menyembunyikan ayahnya yang tua renta dan merawatnya.

Pada suatu hari, seorang dewa tampil dihadapan sang raja negeri itu dan menyerahkan padanya sebuah problema sulit, sambil berkata bahwa kalau sang raja tidak dapat menjawabnya dengan memuaskan, negaranya akan dihancurkan.

Problema yang dikemukakan adalah: “Disini ada dua ekor ular; katakan kepadaku tentang jenis kelamin masing-masing.”

 Sang raja maupun siapapun diantara para petugasnya di dalam istana tidak ada yang mampu menyelesaikan persoalan ini. Karenanya, sang raja menawarkan hadiah besar yang akan diserahkan kepada siapapun di negeri itu yang dapat menjawabnya.

Si menteri berkunjung ketempat persembunyian ayahnya dan memohon untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi. Orang tua itu berkata: “penyelesaiannya mudah saja. Tempatkan kedua ekor ular itu diatas selembar karpet yang empuk; ular yang bergerak kesana kemari ialah ular yang jantan, yang berdiam diri adalah yang betina”. Si menteri menghaturkan jawaban itu kepada sang raja dan teka-teki itu dapat berhasil terjawab sepenuhnya.

Kemudian sang dewa menanyakan soal-soal lain yang serba sukar yang tak terjawabkan oleh sang raja dan para petugas istana; tetapi yang selalu terselesaikan oleh si menteri, setelah ia mengadakan konsultasi dengan ayahnya yang telah lanjut usia.

Inilah beberapa pertanyaan dan jawabannya. “siapakah yang sebenarnya sedang tidur, disebut sang sadar, dan siapakah yang sedang sadar, disebut si tidur?.” Jawabnya sebagai berikut: “ yang dimaksudkan ialah ia yang sedang berlatih untuk kebebasan hakiki. Dia sadar jika diperbandingkpan dengan mereka yang tidak tertarik dengan kebebasan, dia tertidur jika diperbandingkan dengan mereka yang telah mendapatkan kebebasan hakiki.”

“Bagaimana anda dapat menimbang seekor gajah yang besar?” “Muatkan gajah itu kedalam sebuah perahu dan tariklah garis tanda sampai seberapa dalam perahu tenggelam kelaut. Kemudian keluarkan gajah, isilah perahu tersebut dengan batu sampai kebatas kedalaman yang sama. Timbang bobot himpunan batu”.
“ Apakah artinya pepatah yang menyatakan: “secangkir air melebihi air samudera?”. Ini jawabnya: “Secangkir air yang diberikan dengan isi hati yang penuh welas asih dan murni kepada orang tua seseorang atau kepada penderita sakit punya pahala lestari, tetapi air samudera pada suatu saat kelak akan mengering”.

Sang Dewa ini menciptakan seorang yang hampir mati kelaparan yang tinggal tulang berbalut kulit dan berkeluh kesah: “Apakah di dunia ini ada seorang yang lebih lapar dari pada aku?”. “Orang yang begitu mementingkan diri sendiri dan tamak sehingga ia tidak percaya kepada Tri Ratna Buddha, Dhamma, Sangha dan yang tidak memberikan persembahan kepada orang tuanya maupun gurunya bukan saja lebih lapar tetapi ia akan terjerumus ke dalam alam setan kelaparan dan di sanalah ia akan menderita kelaparan untuk suatu masa yang sangat lama”. (bersambung).


Apakah Rahasia Dibalik Kenyataan Ini?



(Bhiksu Tibet berusia 90 selama 79 tahun tidak pernah tidur...)
The World Psychology Centre akhir-akhir ini sedang menyelidiki rahasia seorang Bhiksu Tibet yang telah berusia 79 tahun tidak pernah tidur. Sumber berita yang berasal dari peyelidikan Internasional berkata: “Bhiksu yang bernama Tat Wa mempunyai kekuatan yang luar biasa, lain dengan orang biasa.

Ketika diwawancara Beliau berkata: “Setiap orang mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya tetapi tentang bagaimana caranya Beliau tidak menjelaskan lebih lanjut lagi. Dengan penuh sifat maitri karuna Beliau menyetujui dijadikan bahan penyelidikan. Berkat kebijaksanaan yang diperoleh Beliau  terkenal dengan gelar “Mujizat jaman modern”.

Prof. Kozman (seorang ilmuwan dari Jerman)berkata: “Sejak terjadinya perang Vietnam dan sejak manusia naik ke angkasa luar, Bhiksu Tat Wa tersebut telah tidak tidur. Serta dialah salah satu saksi sewaktu terjadinya perang dunia pertama dan kedua.

Pada tahun 1913 sewaktu berumur 11 tahun. Sejak itu Beliau telah tidak merasakan arti tidur diranjang seperti orang biasa. Kini Eropa gempar menerbitkan berita nyata ini. Pada mula-mulanya kenyataan ini tidak mendapat dukungan dan kepercayaan dari para ilmuwan tetapi setelah Prof. Kozman mengungkapkan laporan tentang kenyataan Bhiksu Tat Wa ialah memperdalam sutra-sutra dan menjalankan vinaya.

Beliau pernah dibawa kenegara venus untuk diadakan wawancara dan penyelidikan yang lebih lanjut. Penyelidikan tersebut mendapatkan hasil bahwa, sewaktu Beliau beristirahat atau organ-organ tubuh dalam keadaan istirahat, Beliau masih tetap dalam keadaan sadar dan masih bisa berhubungan dengan dunia.

Para ilmuwan menggunakan obat tidur supaya Beliau dapat tertidur dengan lelap tetapi semua akal dan jerih payah tersebut hanya sia-sia belaka. Karena Beliau senantiasa dalam keadaan sadar yang lebih mengherankan dan menakjubkan ialah dengan usia tua renta 90 tahun dan telah mendekati 80 tahun tidak tidur sekejappun tetapi masih mempunyai kesehatan yang fit seperti anak muda pada umurnya. Apakah rahasia dibalik semua keanehan ini? Sampai saat ini belum ada penjelasan dari para ilmuwan-ilmuwan sedunia.

BERKAH METTA

 

Sabbe satta sabbe pana, sabbe bhuta ca kevala
Sabbe bhadrani passantu, ma kinci papamagama

Semoga semua makhluk hidup, yang dilahirkan dan yang belum lahir, semoga semuanya tanpa terkecuali merasakan kebahagiaan, semoga mereka bebas dari penderitaan. (Anguttara Nikaya 11:72)

Umumnya manusia memiliki sifat membenci, selama ia belum mengatasi kebencian dalam dirinya. Pikiran-pikiran yang didasari kebencian semacam ini, jika dikembangkan akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu orang bijaksana akan berusaha mengendalikannya dengan mengembangkan pikiran-pikiran yang bersumber dari cinta kasih (Metta).

Pikiran-pikiran yang penuh metta apa bila dikembangkan akan membawa pahala yang besar sekali. Jadi bila pengembangan cinta kasih, melalui salah satu pernyataan ini, ia akan mendapatkan 11 keuntungan atau berkah metta.
Dalam hal ini, tidur dengan nyenyak berarti kebalikan dari tidur dengan tidak nyenyak, berbalik kesana kemari dan mendengkur seperti pada kebanyakan orang, ia tidur dengan tenang, ia tertidur seolah-olah memasuki suatu pencapaian.
Ia bangun dengan segar. Kebalikannya dari bangun dengan tidak segar, merintih dan menguap serta berbalik kesana kemari, seperti pada kebanyakan orang. Ia bangun dengan segar tanpa menggeliat-geliat, bagaikan sekuntum bunga teratai yang sedang mekar.

Ia tidak bermimpi buruk. Bila ia bermimpi, ia hanya akan melihat mimpi yang menggembirakan, misalnya seolah-olah ia sedang melakukan suatu persembahan, seolah-olah ia sedang mendengarkan Dhamma. Tetapi ia tidak melihat mimpi yang buruk yang terjadi pada kebanyakan orang. Misalnya seperti dikepung oleh para penjahat, diancam oleh binatang buas, jatuh kedalam jurang, dan lain sebagainya.

Ia dicintai oleh makhluk (manusia): ia disayang dan dicintai oleh manusia, sama seperti sebuah kalung yang dikenakan di leher, atau seperti sebuah rangkaian bunga yang dipakai untuk menghiasi kepala.

Ia dicintai oleh makhluk (bukan manusia): ia juga disayang oleh makhluk bukan manusia, sebagimana seperti ia disayang oleh manusia, seperti contoh dalam kasus Visakha Thera.

Alkisah Visakha adalah seorang tuan tanah di Pataliputta (Patna). Jika ia tinggal disana ia mendengar: Pulau tambah tani (Ceylon), tampaknya dipercantik dengan sebuah tanda kehormatan berupa kuil-kuil dan bersinar dengan jubah kuning, dan disana seorang laki-laki dapat duduk atau berbaring dimanapun ia suka, disana cuacanya baik, orang-orangnya baik, Dhamma yang dibabarkan juga baik, dan semua hal yang baik ini dapat diperoleh dengan mudah disana.

Para dewa menjaganya: para dewa menjaganya seperti seorang ibu dan ayah yang yang menjaga mereka.

Api, racun, dan senjata yang tidak mempan, tidak bisa masuk: tubuh dari seorang yang memiliki cinta kasih, seperti api pada kasus seorang wanita umat awam bernama Uttara dan seperti racun pada kasus Sang penguncar Sanyutta. Culla-siva Thera, seperti pisau pada kasus samanera Sankicca semuanya itu tidak dapat mengganggu tubuh-tubuh tersebut, itulah yang dimaksud.

Dan mereka juga menceritakan kisah tentang sapi disini. Alkisah, seekor sapi betina sedang menyusui anaknya. Seorang pemburu berpikiran akan

  
menombaknya, lalu ia membidikkan tombaknya yang panjang dan melemparkannya.

Ketika tombak itu mengenai tubuh sapi, tombak itu terpental bagai selembar daun palem dan hal itu bukan dikarenakan oleh adanya konsentrasi akses atau terserap dari sapi itu, tetapi semata-mata karena kekuatan cintanya yang memusat kepada anaknya. Jadi betapa hebatnya kekuatan cinta kasih itu.

Pikirannya mudah dikonsentrasikan: pikiran dari seseorang yang memiliki cinta kasih dapat dengan cepat dikonsentrasikan, tiada kelambanan yang menghambatnya. Ekspresi wajahnya tenang: wajahnya mempunyai ekspresi yang tenang, seperti buah palmyra yang lepas dari tangkainya.

Ia meninggal dengan tidak gelisah: Tidak ada ketakutan tentang kematian bagi seseorang yang memiliki cinta kasih. Ia meninggal dengan tenang seolah-olah ia tidur lelap.

Jika ia tidak dapat menembus yang lebih tinggi: Jika tidak dapat mencapai hasil yang lebih tinggi dari apa yang bisa dicapai dengan metta atau mencapai Arahat, maka bila ia meninggal dari kehidupan ini, akan terlahir di Alam Brahma bagaikan orang yang terbangun dari tidur.

Inilah penjelasan yang terperinci dari pengembangan cinta kasih (Metta).


BHIKSU TERTUA INDONESIA MENUJU ALAM BAHAGIA


SEMARANG, SENIN-  Bhiksu Rshi Dewa Dharmaputra Mahastavira meninggal di Kudus pada tanggal 27 Desember 2008 dalam usia hampir 100 tahun. Dewa merupakan bhiksu paling tua di Indonesia yang gencar memperjuangkan agama Buddha yang bercorak Indonesia.
Dewa menghembuskan napasnya yang terakhir di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus pukul 13.35 WIB karena sakit ketuaan dan disemayamkan di Rumah Duka Vihara Maha Bodhi Semarang. Jenazah akan dikremasi tanggal 2 Januari di Krematorium Kedungmundu, Kota Semarang pukul 10.00 WIB.

Bhiksu yang melayani di Vihara Buddhayana, Rembang, Jawa Tengah, ini terkenal dengan perhatiannya yang besar terhadap budaya Jawa. Ia selalu mengajarkan budaya Jawa kepada setiap penganut agama Budha di Jawa dan Lampung. Hal itu diwujudkan dalam doa-doa yang diucapkan dalam Bahasa Jawa.
 Ketua Umum Shangha Agung Indonesia Nyana Suryanadi Mahathera di Kota Semarang, Senin (29/12) mengungkapkan, Bhiksu Dewa telah mewarnai agama Buddha dengan budaya Jawa yang kental. "Beliau sangat menyukai gending-gending Jawa, bahkan terakhir beliau membentuk semacam paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jawa," kata Bhiksu Suryanadi.
Suryanadi juga mengungkapkan, Bhiksu Dewa yang lahir tanggal 26 Maret 1909 itu tidak pernah lelah dalam melakukan pengabdian kepada umat. Bahkan saat usianya sudah menginjak 80 tahun, Bhiksu Dewa masih semangat pergi ke pelosok-pelosok desa naik bus.
Salah satu bhiksu yang pernah menjadi murid Bhiksu Dewa, Arya Kusalo dari Vihara Budhi Kalingga Jepara mengatakan, terakhir kali Bhiksu Dewa meminta ulang tahunnya dirayakan pada tanggal 22 Juli lalu. "Yang saya ingat betul, bhante mendidik murid dengan sangat tegas dan mengedepankan nilai-nilai kejujuran. Bhante juga selalu mengingatkan, bahwa budaya Jawa jangan sampai hilang,"

CARA MENGATASI KEMARAHAN


Anda seringkali melihat seseorang yang sedang marah, bahkan anda sendiri pernah mengalaminya, tapi apakah yang disebut dengan kemarahan? 

Kemarahan adalah suatu keadaan emosi yang biasa dialami oleh setiap orang pada saat tertentu. Kemarahan bisa diekspresikan secara terpendam maupun terbuka terang-terangan dan bisa berlaku singkat, bisa pula memakan waktu yang lama (dalam bentuk kebencian, dendam dan sebagainya).  

Pada umumnya kemarahan itu muncul atau terjadi kalau proses perjalanan hidup kita, untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan terhambat. Dalam hambatan ini, biasanya akan mempengaruhi reaksi pisik maupun emosi orang yang bersangkutan. Sekali lagi reaksi ini bisa ditekan, disembunyikan dan bisa pula diekspresikan secara terang-terangan dalam bentuk tindakan.

Menurut para ahli ilmu jiwa, kemarahan adalah faktor utama yang seringkali melumpuhkan kerja akal sehat manusia, bahkan kemarahan merupakan faktor yang sangat menentukan timbulnya gangguan lainnya. Kemarahan itu bisa merupakan sesuatu yang rusak (Destructive), khususnya kalau merupakan ekspresi emosi yang tidak terkendalikan, dapat juga merupakan sesuatu yang membangun (Constructive), kalau memotivasi kita untuk mengoreksi kesalahan kita atau mengingatkan kita untuk berfikir secara lebih baik.

Nah, sekarang bagaimana caranya menekan rasa marah dan emosi marah pada diri kita? Sebagai umat Buddha kita mempunyai suatu resep untuk mengatasi rasa marah dan emosi tersebut dengan manjur, yaitu dengan meditasi. Didalam meditasi ini, kita harus berusaha melatih agar pikiran kita menjadi tenang sewaktu rasa marah melanda pikiran kita. Apabila meditasi ini kita laksanakan secara baik, maka sifat lekas marah atau emosi ini sedikit demi sedikit dapat kitai tekan. Jika perasaan marah ini timbul, maka perasaan marah ini dapat membuat pikiran kita menjadi panas, diliputi oleh kebencian, ingin menghancurkan atau membunuh orang lain. Apabila pelampiasan rasa marah belum habis, maka bathin kita akan selalu diliputi oleh kebencian, yang akhirnya membawa rasa dendam serta rasa gelisah atau keresahan yang sering menghantui perasaan kita.

Cara meditasi yang sesuai untuk mengatasi hal ini adalah meditasi dengan mengembangkan perasaan cinta kasih (Metta Bhavana). Dengan pengembangan perasaan cinta kasih ini kepada semua makhluk, maka pikiran kita akan dipenuhi dengan rasa cinta kasih/kasih sayang, lemah lembut, pikiran yang bersahabat, bebas dari kebencian dan tanpa dendam, sehingga akhirnya akan menimbulkan rasa aman, tentram serta damai dalam hati kita.

Cara yang paling mudah dan efektif untuk mengatasi rasa marah yang timbul pada diri seseorang adalah menjalankan meditasi dengan obyek jari-jari tangan, yaitu ibu jari disentuhkan kejari telunjuk dengan kesadaran sepenuhnya, selanjutnya ibu jari tangan disentuhkan ke tengah dengan disadari sepenuhnya- ibu jari disentuhkan ke jari manis dan jari kelingking dengan disadari sepenuhnya, dan seterusnya dari jari kelingking, kejari manis, kejari tengah, dan jari telunjuk. Hal ini hendaknya dilakukan berulang-ulang kali dengan penuh kesadaran. Dengan melakukan hal tersebut di atas, maka rasa marah yang timbul/akan timbul dapat ditekan dan pikiran kita akan menjadi tenang kembali.

Agar kita tidak lekas cepat marah, maka kita dapat melatih meditasi Metta Bhavana dengan merenungkan dan memikirkan:
“Semoga saya tidak mempunyai dan mendendam kebencian dan semoga dijauhkan dari pikiran jahat serta semoga semua makhluk selalu berbahagia”. 

Selain kita dapat mengatasi rasa marah, masih ada beberapa manfaat yang kita peroleh dalam melaksanakan Meditasi Metta Bhavana, antara lain yaitu:
Kita akan disukai oleh orang lain dan makhluk-makhluk lain.
Kita akan memperoleh banyak sahabat.
Kita akan dapat tidur nyenyak tanpa dikejar-kejar oleh mimpi-mimpi buruk dan kita bangun dengan perasaan yang damai.
Kita dapat bersikap lebih sabar dalam menghadapi orang-orang disekitar kita, dan lain-lain.

Seperti dalam syair-syair Dhammapada:
Di dalam dunia ini, kebencian tidak pernah berakhir bila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan cinta kasih. Inilah suatu hukum yang abadi (Dhammapada 5).
Sungguh berbahagia bila kita hidup tanpa membenci di tengah-tengah orang yang membenci kita hidup tanpa membenci (Dhammapada 197).

Semoga dengan cara-cara diatas, maka pikiran kita akan selalu diliputi perasaan damai, yang mana bertepatan dengan tahun ini yang telah dicanangkan oleh PBB sebagai TAHUN PERDAMAIAN. Sebagai umat Buddha, kita dituntut untuk lebih menghayati dan melaksanakan Dharma untuk mewujudkan perdamaian ini, setidak-tidaknya damai dalam diri kita masing-masing. 



TIPS MENGHAFAL AGAR LEBIH CEPAT


Aduh….belum ujian saja mulas duluan. Tenang aja, ada cara untuk dapat menghafal dengan cepat antara lain adalah:

1. Panca Indera.
Di dalam membaca keterampilan memperhatikan perlu kita pelajari, karena akan sulit mengingat sesuatu apabila kita tidak memperhatikan dari awal. Dengan menggunakan kombinasi penglihatan (mata), bunyi (telinga), gerak (tangan dan kaki), bau (hidung), dan rasa (lidah), akan menciptakan memori terkuat.
2. Membuat Kesan.
Cara supaya sesuatu dapat diingat membuat menjadi lebih berkesan, buat kesan objek yang akan kita ingat secara imajinatif dan berlebih-lebihan.
3. Mainkan Emosi.

Untuk memainkan emosi dengan membuat kesan yang bermuatan cinta, kebahagiaan, dan kesedihan mudah untuk diingat. Dengan menggunakan kesan dari perasaan hangat, perasaan yang membuat jantung kita berdegup kencang dan memancarkan kebahagiaan, akan membantu memori kita.
4. Imajinasi dan Asosiasi.
Pergunakanlah asosiasi dan imajinasi pribadi kita seperti anggota-anggota keluarga kita, rumah kita, kantor, teman-teman, peristiwa, dan hal-hal yang istimewa bagi kita.
5. Repitisi.
Usahakan selalu berkonsentrasi secara penuh pada materi yang sedang dipelajari dan mengulangnya dengan cara yang berbeda dan kreatif seperti mengucapkannya keras-keras dan lebih baik bila dibuat peta pikiran.
6. Password
Usahakan mengingat bagian pertama dan terakhir karena bagian tersebut paling mudah untuk diingat. Buat password untuk bagian-bagian tersebut dan jadikan keyword untuk mengingat bagian-bagian lain.
Masih pusing? Cool… Ini langkah-langkah yang harus kamu lakukan agar dapat memahami bacaan dengan cepat:

1. Perhatikan kata-kata penting.
Yang dibaca adalah hanya kata-kata yang penting seperti judul, sub judul, kata bercetak tebal, bergaris miring dan buat peta pikiran.

2. Coba hubungkan.
Kemudian renungkanlah apa yang telah diperoleh dari langkah pertama, hubungkan masing-masing sub judul dengan judul. Pikirkan dengan cara menerka-nerka apa yang kira-kira dibahas dalam judul. Dengan menerka-nerka berarti mengaktifkan fungsi kerja otak.

3. Baca ulang.
Ulangilah dengan membaca kembali kata-kata penting satu kalimat pertama untuk setiap paragraph, karena biasanya ide utama setiap paragraph ada di kalimat utama yaitu kalimat pertama masing-masing paragraf, terutama untuk tulisan karya ilmiah.

4. Pahami isi.
Kemudian renungkan kembali apa yang telah kita peroleh. Biasanya kita telah memahami isi tulisan secara umum dan menyeluruh. Apabila muncul pertanyaan dalam tulisan yang sedang kit abaca untuk mengetahui lebih detil lagi, tebaklah jawaban-jawaban yang mungkin menurut kita. Benar atau salah tebakan kita bukan masalah yang jelas dengan menebak otak kita menjadi lebih aktif

5. Baca bagian yang menarik.
Kemudian bacalah bagian bacaan yang menurut kita perlu atau menarik.Renungkan kembali apa yang telah kita peroleh.Ulangi langkah ini, lengkapi dengan membuat peta pikiran.(int/nhk)
Sumber: www. xpresiriau.com



PROFIL DALAI LAMA


 Lahir: Tenzin Gyatso, tahun 1935
· Dilantik menjadi reinkarnasi Dalai Lama ke 14 tahun 1937
· Naik tahta tahun 1940, namun haknya dikebiri oleh gubernur hingga 1950 - tahun tentara Cina masuk Tibet
· Dipaksa mengasingkan diri selamanya tahun 1959 setelah Cina menghancurkan perlawanan nasional Tibet
· Bergabung dengan pengungsi Tibet lain di Dharamsala, India Utara
· Sejak itu selalu ditolak kembali ke Tibet
Memenangkan hadiah Nobel Perdamaian tahun 1989
Dia terkenal memiliki pendukung dari Hollywood seperti Richard Gere dan Steven Segal.
Mereka yang pernah bertemu dengan Dalai Lama menggambarkan tokoh ini memiliki karisma pribadi yang ketat.

"Wajah penuh senyum yang menarik, air muka yang baik hati dan tertawanya yang ringan" ujar Alexander Norman, yang menulis buku autobiografinya dan beberapa proyek lain setelah bertemu pada tahun 1988.
Sulit untuk menghilangkan pikiran bahwa sejumlah orang memandang Dalai Lama setingkat dengan "Sinter Klas" yang kebapakan, ujar Dr Nathan Hill, pengajar masalah Tibet dari SOAS, London.
"Dia memang fotogenik. Warga dunia barat menyukai bintang. Dia orang yang sangat ramah dan pintar. Menurut saya dia cerdik secara politik dan memiliki visi ke depan."
Banyak orang barat mencari bekal piritual yang damai di era penuh dengan materialisme, ujar Norman yang baru saja menerbitkan buku berjudul Kehidupan Rahasia Dalai Lama.
"Di dunia Barat yang sekular ada keinginan besar...satu perasaan haus akan sesuatu yang tidak bisa dihasilkan oleh masyarakat industri modern."
"Dia juga sangat digemari oleh pembaca buku," ujar Hill. "Anda akan membaca bukunya untuk mencari kepuasaan batin."

Misteri Tibet


Penghargaan yang besar kepada Dalai Lama juga disulut oleh ide kuno orang Barat bahwa Tibet bagaikan Shangri-La yang terpencil.
"Orang Barat dilarang masuk ke Tibet dari tahun 1792-1903," ujar Hill. "Kebijakan itu menimbulkan satu misteri. Ada satu negara yang benar-benar tertutup untuk orang kulit putih.

Teman Dalai Lama antara lain bintang film Richard Gere
"Ketika kita mulai mendapat informasi lebih banyak, kita mendapat kesan bahwa Tibet adalah tanah ajaib nan indah yang tersembunyi. Jadi itu semacam produk buku mengenai petualangan."
Juga ada perasaan bahwa Dalai Lama adalah tokoh penuh perhitungan secara politik sedemikian rupa yang membuat hal itu sebenarnya tidak betul.
"Dia semacam tokoh dalam banyak gerakan - gerakan hak binatang, sinkretisme keagamaan," ujar Norman. "Ada banyak ide orang yang dihubungkan dengan Dalai Lama."
Kebingungan dunia Barat akan Dalai Lama paling mudah digambarkan dengan melihat pandangannya mengenai hak-hak kaum homoseksual.
Dia telah mengemukakan tidak mendu


kung hubungan seksual sesama jenis, atau oral seks di kalangan pasangan heteroseksual, namun seringkali dia memberi gambaran yang sumir atas pandangannya itu.
"Dia akan mengatakan, itu pilihan anda, terserah pada suara hati masing-masing. Dia sangat sadar diri untuk tidak menyinggung orang."
Norman mengatakan sebagian warga Tibet yang mengasingkan diri di luar negeri mengkritik Dalai Lama karena mendukung gerakan tanpa kekerasan yang moderat. Sementara lawan-lawan agamanya mengatakan dia salah karena memuja dewa bernama Shugden.

Pendukung terkenal


"Memang ada sebagian kecil orang Tibet di luar negeri yang menentangnya, tetapi jumlahnya minoritas," ujar Robert Bennet, direktur Studi Tibet Modern di Universitas Columbia.
"Sementara di dalam Tibet sendiri hampir semua mengaguminya, dan juga langkah untuk mencari penyelesaian lewat jalan tanpa kekerasan."

Dalai Lama sejak dahulu merupakan pengkritik keras 'Tibet lama' Donald Lopez Juga ada pembicaraan apakah Dalai Lama dan rekan-rekannya memberi gambaran tepat mengenai Tibet sebelum Cina melakukan intervensi tahun 1950, atau apakah mitos itu hanyalah ciptaan pengagumnya dari Barat.

Para pengagumnya itu bahkan percaya bahwa di masa sebelum tahun 1950 di Tibet "kaum wanita menikmati hak yang sama dan semua orang hidup secara harmonis dengan lingkungan," ujar Hill.

Akan tetapi Norman mengatakan penciptaan mitos ini tidak sepenuhnya kesalahan Dalai Lama.

"Di satu pihak kita bisa menuduhnya memberi gambaran yang tidak mungkin mengenai keadaan Tibet yang sebenarnya. Di pihak lain orang Tibet benar-benar percaya bahwa negara mereka seperti itu- satu negara dengan kesan yang romantis."

Kebencian Cina atas Dalai Lama adalah meski dia tidak suka dengan pandangan bahwa secara sejarah Tibet adalah bagian Cina, dia juga tidak mendukung ide Tibet sebelum tahun 1950an yang tertutup dengan memusatkan diri pada kaum papa dan kemiskinan.

"Dalai Lama sejak dahulu merupakan pengkritik keras 'Tibet lama'," ujar Donald Lopez dari Universitas Michigan.

Diplomasi secangkir the

"Dia bukan pendukung Sindroma Shangri-La. Ada bukti kuat bahwa dia akan melakukan reformasi politik jika Cina tidak melakukan invasi saat itu."
Dan pandangan bahwa warga Barat yang mendukung Dalai Lama tidak sadar akan kerumitan masalah Tibet adalah salah, meski hal itu "sangat masa kini" ujar Barnett.
 
Dalai Lama tidak takut menertawakan diri sendiri

Lokasi Tibet yang berbatasan dengan tiga negara pemilik nuklir dan menguasai wilayah pasok air dunia akan menjadi masalah Tibet bukan hanya sekedar topik untuk mengisi waktu bagi kaum liberal Barat.

Para pemimpin politik yang telah bertemu dengannya, meski Cina tidak suka, memiliki tujuan yang jelas. Bagi mereka yang merasa tidak nyaman dengan pelanggaran hak asasi manusia Cina, bertemu dengan Dalai Lama adalah aksi balas dendam tanpa ada resiko pertikaian diplomatis yang besar.

"[Dalai Lama] adalah kesempatan baik bagi para pemimpin politik, dia tidak banyak memiliki tuntutan -dia tampaknya cukup puas untuk melakukan kegiatan simbolis seperti minum teh bersama atau berfoto berdama," ujar Barnett.

"Semakin keras Cina mengeluh, para pemimpin barat terlihat semakin kuat dan penuh dengan prinsip saat bertemu dengan Dalai Lama."
Jadi bisa dimengerti dia bertemu dengan semua presiden Amerika Serikat sejak tahun 1991.

Tetapi bagi warga biasa, baik itu benar atau salah, kepopuleran Dalai Lama hanya berpusat pada karisma dan pandangan yang sama.
Seperti yang ditulis oleh Norman, para penggemar dari Barat melihat seorang "santa sekuler" atau "Tuhan dari sikap kebenaran politik di dunia yang tidak bertuhan ini".

Sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/02/100218_dalaibarat.shtml